Selayang pandang Kampung Bena Indonesia Timur

Kampung bena
Rumah adat kampung Bena
 Kembali ke 1200 tahun lalu

   Enggak perlu cari mesin waktu kalau ingin kembali ke masa megalitikum. Datang saja ke Kampung Bena.
     Indonesia Timur selalu mengagumkan. Selain melihat pemandangan yang indah, kita juga bisa melihat perkampungan yang sangat unik. Namanya Kampung Bena. Kampung ini berada di puncak bukit,di kaki gunung Inerie - Flores, Nusa Tenggara Timur.
Gunung Inerie yang menakjubkan
Tingginya sekitar 785 meter di atas permukaan laut. Sayang sekali enggak ada kendaraan umum untuk menuju perkampungan ini. Kita harus menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa bemo (sejenis angkutan umum).       Dari kota terdekat, Bajawa,jaraknya sekitar 2,5 jam dengan jalan yang berliku - liku, naik turun dan pemandangan yang luar biasa indahnya. Langit biru, udara segar dan begitu mendekati Kampung Bena kita disambut dengan gunung Inerie yang terhampar indah. Efek ngeliat pemandangan yang luaaar biasa indahnya, bikin mata kita takjub.

Kampung megalitik
    Untuk ke Kampung Bena kita enggak dipungut biaya apapun. Cukup menulis dibuku tamu. Boleh juga memberikan sumbangan serelanya agar kampung ini tetap terjaga kelestariannya. Pintu masuk kampung ini hanya dari sebelah utara. Di sebelah selatannya sudah merupakan puncak bukit,sekaligus tepi tebing. Dari atas tebing kita bisa melihat langsung jurang yang dalam. Woowww ngeri!
      Kampung Bena merupakan kampung megalitik yang dilindungi pemerintah. Kondisi kampung ini sama seperti 1200 tahun lalu, lho. Rumah di sini ukuran dan bentuknya sama dengan posisi saling berhadap-hadapan. Jumlah rumah yang ada sekitar 45 rumah.
      Di tengah kampung ada tanah lapang tempat mengadakan upacara adat. Di tanah lapang ini juga ada bangunan yang disebut bhaga dan ngadhu. Bhaga adalah bangunan berbentuk pondok kecil tanpa penghuni. Sedangkan ngadhu adalah bangunan dengan satu tiang dan atap dari serat ijuk. Berbentuk mirip jamur payung. Tiang ngadhu biasanya terbuat dari kayu khusus dan keras. Ngadhu juga berfungsi sebagai tiang gantungan untuk hewan kurban saat upacara adat.
ngadhu tempat hewan kurban diletakkan
      Walau Kampung Bena bentuknya masih seperti jaman purbakala dan upacara adat yang dilakukan masih seperti jaman animisme, tapi semua penduduk warga daerah ini beragama Katholik. Ada sebuah gua Maria dibuat di sudut perkampungan. Sebuah perpaduan budaya yang unik.
    Sayang, remaja di perkampungan ini nyaris nggak ada. Mereka sudah bekerja di kota. Yang tertinggal hanyalah penduduk tua. Sejak dulu penduduk Bena bekerja di ladang. Beberapa hasil ladangnya seperti vanila dan kacang dijemur di depan rumah.
     Di waktu luang kaum wanita Bena mengisi waktu luang dengan menenun. Ini sekaligus menjadi daya tarik dari Kampung Bena. Kebayang nggak, satu hasil tenunan dibutuhkan waktu sekitar seminggu. Untuk tenunan yang sulit dan besar malah bisa berminggu - minggu.

Comments